Jika ada makhluk laut yang terlihat seperti karya seni hidup, ubur-ubur mungkin menduduki peringkat teratas. Tubuhnya transparan, gerakannya mengalun pelan, dan bentuknya sering memukau siapa pun yang melihatnya. Namun, di balik kecantikannya, ternyata hewan ini menyimpan potensi kuliner dan bahkan manfaat medis yang tidak banyak diketahui.
Baca juga:
- Ikan Ini Bisa Berkilau Seperti Harta Karun di Laut
- Kerapu Cantang, Primadona Budidaya dengan Harga Tinggi!
- Mengkhawatirkan, Laut Indonesia Ternyata Mulai Kehabisan Ikan!
Dalam tradisi kuliner Asia Timur, ubur-ubur bukan sekadar penghuni akuarium atau objek wisata laut. Di Tiongkok, Jepang, dan Korea, hewan ini telah lama diolah menjadi makanan dengan teknik khusus. Bahan mentahnya tidak bisa langsung diangkat dari laut lalu disantap. Daging ini harus di diamkan terlebih dulu sampai teksturnya bisa di konsumsi. Proses ini juga menghilangkan lendir alami dan sebagian besar racun yang mungkin ada.
Bagi yang belum pernah mencicipinya, rasa ubur-ubur cenderung netral. Justru teksturnya yang unik membuatnya menarik diolah. Dagingnya kenyal namun lembut, mirip perpaduan antara kikil sapi dan mentimun laut. Di restoran Asia, menu salad ubur-ubur dingin menjadi salah satu hidangan pembuka yang cukup populer.
Selain sebagai makanan, ubur-ubur juga memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional. Dalam catatan pengobatan Tiongkok kuno, ekstrak ubur-ubur digunakan untuk membantu mengatasi radang sendi, tekanan darah tinggi, hingga gangguan pernapasan. Kandungan kolagen alaminya dipercaya mampu membantu menjaga elastisitas kulit, sementara mineral di dalamnya mendukung kesehatan tulang dan sendi. Meski begitu, klaim ini masih membutuhkan bukti ilmiah yang lebih kuat agar dapat diakui secara medis modern.
Penelitian sains kontemporer mulai menyoroti kandungan bioaktif dalam ubur-ubur. Beberapa studi menemukan adanya senyawa yang berpotensi menjadi antioksidan dan anti inflamasi. Ubur-ubur juga bagus untuk mengamati sel. Hal ini membuktikan bahwa hewan ini tidak hanya bermanfaat di dapur, tetapi juga di laboratorium.
Meski demikian, mengonsumsi ubur-ubur tidak boleh sembarangan. Beberapa spesies mengandung racun kuat yang dapat membahayakan, bahkan mematikan, jika tidak diolah dengan benar. Racun ini biasanya terdapat pada tentakel dan digunakan untuk melumpuhkan mangsa di laut. Karena itu, hanya jenis tertentu yang aman dimakan, dan proses pengolahannya harus dilakukan oleh pihak yang memahami tekniknya.
Dari sisi gizi, ubur-ubur olahan tergolong rendah kalori dan lemak, sehingga cocok bagi mereka yang ingin menjaga berat badan. Kandungan proteinnya memang tidak setinggi daging ikan atau ayam, tetapi uniknya, protein yang terkandung berbentuk kolagen, yang jarang ditemukan pada sumber pangan laut lain. Namun, kadar natrium pada ubur-ubur olahan bisa sangat tinggi akibat proses pengawetan, sehingga penderita hipertensi perlu berhati-hati saat mengonsumsinya.
Singkatnya, ubur-ubur adalah contoh sempurna bagaimana alam menyimpan kejutan di tempat yang tidak terduga. Hewan ini bisa menjadi hidangan lezat jika diolah dengan benar, sekaligus memiliki potensi dalam dunia medis dan penelitian. Tapi seperti semua bahan pangan unik, kuncinya adalah mengetahui jenis yang aman dan mempercayakan pengolahannya pada tangan yang berpengalaman. Di antara ribuan makhluk laut, ubur-ubur membuktikan bahwa kecantikan tidak hanya bisa dinikmati dengan mata, tetapi juga jika tepat dengan lidah dan mungkin suatu hari nanti, demi kesehatan kita.