Di balik rasanya yang lezat dan kandungan gizinya yang tinggi, udang menyimpan satu sisi lain yang tak selalu bersahabat, potensi menimbulkan alergi. Bagi sebagian orang, mengonsumsi udang bisa berujung bukan pada kepuasan rasa, melainkan reaksi tubuh yang mengejutkan gatal-gatal, bengkak, bahkan kesulitan bernapas.
Baca juga:
- Mengapa Terumbu Karang Punya Bentuk Berbeda? Ini Penjelasan Ekologinya
- Fakta Mengejutkan! Waring Ikan Bisa Bertahan di Laut Hingga Bertahun-Tahun!
- Kenapa Ikan Lebih Tenang di Kolam yang Pakai Waring? Ini Rahasianya!
Orang Asia banyak yang memiliki alergi udang. Uniknya, alergi ini bisa muncul tiba-tiba, meskipun sebelumnya seseorang tidak pernah mengalami masalah ketika menyantap udang. Dan ketika tubuh sudah mulai sensitif, reaksi alergi bisa semakin berat dari waktu ke waktu.
Masalah utama dari alergi ini terletak pada sistem kekebalan tubuh yang bereaksi berlebihan terhadap protein tertentu yang terkandung dalam udang, terutama tropomyosin. Dalam kondisi normal, tubuh seharusnya mengabaikan zat tersebut. Namun pada penderita alergi, sistem imun menganggap protein ini sebagai ancaman, dan memicu pelepasan histamin serta senyawa lain yang menyebabkan peradangan.
Gejalanya bisa sangat beragam. Bagi sebagian orang, hanya perlu beberapa menit setelah makan udang untuk mulai merasakan gatal di tenggorokan, ruam di kulit, atau rasa panas seperti terbakar di mulut. Kadang, muncul pula bengkak di bibir atau mata, dan dalam kasus yang lebih serius, seseorang bisa mengalami muntah, diare, hingga kesulitan bernapas yang mengarah ke anafilaksis—reaksi alergi yang bisa mengancam nyawa.
Namun tidak semua reaksi harus langsung diasumsikan sebagai alergi. Ada pula orang yang hanya mengalami intoleransi ringan terhadap makanan laut, yang gejalanya cenderung terbatas pada pencernaan. Perbedaan utama antara intoleransi dan alergi terletak pada mekanisme tubuh yang terlibat alergi melibatkan sistem imun, sedangkan intoleransi biasanya tidak.
Untuk mencegah alergi udang, langkah pertama tentu saja adalah mengenali tubuh sendiri. Jika setelah makan udang muncul sensasi tak biasa, sebaiknya jangan abaikan. Catat apa yang dikonsumsi, berapa lama gejala muncul, dan seberapa parah reaksinya. Kalian bisa mengujinya dikulit atau tes darah untuk hasil yang benar-benar valid.
Jika sudah dipastikan memiliki alergi, maka menghindari udang sepenuhnya adalah langkah paling aman. Ini tak hanya berarti tidak makan udang dalam bentuk utuh, tetapi juga waspada terhadap olahan makanan yang mungkin mengandung ekstrak udang, kaldu seafood, atau bahan tersembunyi lainnya. Baca label dengan cermat, terutama pada makanan kemasan atau saat makan di luar.
Di samping itu, orang dengan alergi berat sebaiknya selalu membawa obat antihistamin atau bahkan epinefrin auto-injector (jika direkomendasikan dokter), untuk berjaga-jaga jika reaksi parah muncul secara mendadak. Dalam kondisi darurat, kecepatan respons bisa menjadi pembeda antara keselamatan dan bahaya.
Namun bagi yang tidak memiliki alergi, udang tetaplah sumber protein yang baik, mengandung omega-3, selenium, dan berbagai vitamin penting lainnya. Kuncinya ada pada kewaspadaan dan mengenali sinyal tubuh. Dan dalam kasus udang, kenikmatan rasa memang bisa bersembunyi di balik potensi risiko yang tak terlihat.
Maka, jika suatu hari tubuh menunjukkan ketidak sukaan lewat gatal atau sesak setelah makan udang, jangan anggap sepele. Mungkin itu cara tubuh memberi tahu bahwa sudah saatnya lebih selektif dalam menikmati laut.