Di balik keanggunan gerakannya di laut dan kecerdasan yang menakjubkan, kehidupan gurita ternyata menyimpan kisah tragis yang jarang diketahui banyak orang. Salah satu fakta paling memilukan dari dunia bawah laut adalah kenyataan bahwa gurita betina sering mati setelah bertelur. Mengapa bisa demikian? Apa alasan di balik siklus hidup yang seolah menyedihkan ini?
Baca juga:
- Fakta Unik Tentang Ikan Dori Yang Sering Disamakan Dengan Film!
- Trik Menanam Kangkung Hidroponik Pakai Waring Bekas Ikan
- Manfaat Cacing Sutra untuk Pertumbuhan Ikan Lele dan Nila!
Sebuah Pengorbanan Total
Gurita adalah makhluk soliter yang memiliki sistem reproduksi unik. Setelah kawin, gurita betina akan mencari tempat yang aman untuk menyimpan telurnya—biasanya berupa celah batu atau rongga laut. Di tempat itu, dia akan bertelur dalam jumlah yang bisa mencapai ratusan ribu. Namun yang mengejutkan, proses ini sering kali menjadi awal dari akhir hidupnya.
Begitu gurita bertelur, ia akan menghabiskan seluruh waktunya untuk menjaga telur-telur tersebut. Ia berhenti makan, tidak keluar dari sarang, dan bahkan menggunakan tentakelnya untuk membersihkan serta mengalirkan oksigen ke telur-telurnya. Semua energi dan perhatian tercurah pada peran sebagai ibu, tanpa jeda untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Kematian yang Terprogram Secara Biologis
Fenomena ini disebut sebagai "semelparitas"—sebuah strategi reproduksi di mana hewan hanya berkembang biak satu kali dalam hidupnya, lalu mati setelahnya. Ini berbeda dari hewan lain yang bisa bereproduksi berkali-kali.
Penelitian menunjukkan bahwa kematian gurita setelah bertelur bukan sekadar karena kelaparan, tetapi juga dipicu oleh hormon dari kelenjar optik. Kelenjar ini, yang terletak di dekat otak, melepaskan zat kimia tertentu yang menyebabkan perubahan biologis besar. Gurita mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan: tubuhnya menipis, warna kulit memudar, dan akhirnya mati. Jika kelenjar optik ini diangkat dalam eksperimen, gurita bisa hidup lebih lama dan bahkan berkembang biak kembali.
Dari sudut pandang manusia, kematian setelah bertelur mungkin terdengar tragis. Namun bagi evolusi, ini adalah strategi efisien. Dengan mempertaruhkan segalanya demi kelangsungan anak-anaknya, gurita memastikan bahwa generasi berikutnya memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup. Jika gurita betina tetap hidup setelah bertelur, kemungkinan besar ia akan menjadi predator bagi anak-anaknya sendiri. Dengan mati, ia memberikan ruang dan keamanan bagi telur-telur tersebut untuk menetas dan tumbuh tanpa ancaman dari induknya sendiri.
Sebuah Simbol Ketulusan Ibu di Alam Laut
Kisah hidup gurita memberi kita pelajaran yang mendalam tentang pengorbanan. Di dunia laut yang keras dan penuh persaingan, gurita menunjukkan bagaimana naluri keibuan bisa begitu kuat hingga rela mengorbankan nyawa. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang paling ekstrem yang bisa ditemukan di alam. Meskipun terlihat menyedihkan, inilah cara alam menjaga keseimbangan dan keberlangsungan hidup. Di balik tragedi kematian, terdapat harapan baru yang menetas dalam bentuk kehidupan kecil di dasar laut.