Belut adalah binatang air yang digolongkan dalam kelompok ikan. Berbeda dengan kebanyakan jenis ikan lainnya, belut mampu hidup dalam lumpur dengan sedikit air. Binatang ini memiliki dua sistem pernapasan yang mampu membuatnya bertahan dalam kondisi tersebut.
Jenis belut yang paling banyak dikenal di Indonesia ialah belut sawah (Monopterus albus). Di beberapa tempat dikenal juga belut rawa (Synbranchus bengalensis). Perbedaan belut sawah dan belut rawa yang paling mencolok ialah postur tubuhnya. Belut sawah tubuhnya pendek dan gemuk, sedangkan belut rawa lebih panjang dan ramping.
Terdapat dua segmen usaha budidaya belut yakni pembibitan dan pembesaran. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan anakan. Sedangkan pembesaran bertujuan untuk menghasilkan belut sehingga ukuran siap konsumsi.
Baca Juga :
- Berikut 6 Manfaat Dahsyat Yang Dimiliki Pada Kulit Kentang Untuk Kesehatan
- 3 Jenis - Jenis Ayam Broiler Yang Sering dibuat Ternak
- Tips & Trik Panen Buah Pepaya Yang Benar Agar Berkualitas
Kali ini akan menguraikan tentang budidaya pembesaran belut di kolam tembok. Mulai dari pemilihan bibit sehingga pemanenan. Semoga bermanfaat.
Memilih bibit belut
Bibit untuk budidaya belut mampu didapatkan dari hasil tangkapan ataupun hasil budidaya. Keduanya mempunyai kekurangan dan keunggulan masing-masing.
Bibit hasil tangkapan mempunyai beberapa kekurangan, seperti ukuran yang tidak seragam dan adanya kemungkinan trauma sebab metode penangkapan. Kelebihan bibit hasil tangkapan ialah rasanya lebih gurih sehingga harga jualnya lebih baik.
Kekurangan bibit hasil budidaya harga jualnya umumnya lebih rendah dari belut tangkapan. Sedangkan kelebihannya ukuran bibit lebih seragam, mampu tersedia dalam jumlah banyak, dan kontinuitasnya terjamin. Selain itu, bibit hasil budidaya mempunyai daya tumbuh yang relatif sama sebab biasanya berasal dari induk yang seragam.
Bibit belut hasil budidaya diperoleh dengan cara memijahkan belut jantan dengan betina secara alami. Sejauh ini di Indonesia belum ada pemijahan buatan (seperti suntik hormon) untuk belut. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pembibitan, silahkan baca kiat sukses pembibitan belut.
Bibit yang baik untuk budidaya belut hendaknya mempunyai kriteria berikut:
- Ukurannya seragam. Ukuran bibit yang seragam dimaksudkan untuk memudahkan pemeliharaan dan menekan risiko kanibalisme ataupun saling memangsa.
- Gerakannya aktif dan lincah, tak loyo.
- Tidak cacat ataupun luka secara fisik.
- Bebas dari penyakit.
Budidaya belut untuk segmen pembesaran umumnya menggunakan bibit belut berukuran panjang 10-12 cm. Bibit sebesar ini membutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan, sehingga siap konsumsi. Untuk pasar ekspor yang menghendaki ukuran lebih besar, waktu pemeliharaan mampu mencapai 6 bulan.
Menyiapkan kolam budidaya belut
Budidaya belut mampu dilakukan dalam kolam permanen maupun semi permanen. Kolam permanen yang sering dipakai antara lain kolam tanah, sawah, dan kolam tembok. Sedangkan kolam semi permanen antara lain kolam terpal, drum, tong, kontainer plastik dan jaring.
Kali ini kita akan membahas budidya belut di kola tembok. Kolam tembok relatif lebih kuat, umur ekonomisnya mampu bertahan hingga 5 tahun.
Bentuk dan luas kolam tembok mampu dibuat berbagai macam, disesuaikan dengan keadaan ruang dan kebutuhan. Ketinggian kolam berkisar 1-1,25 meter. Lubang pengeluaran dibuat dengan pipa yang sedikit besar untuk memudahkan penggantian media tumbuh.
Untuk kolam tembok yang masih baru, sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu selama beberapa minggu. Kemudian direndam dengan air dan tambahkan daun pisang, sabut kelapa, ataupun pelepah pisang. Lakukan pencucian minimal tiga kali ataupun sampai bau semennya hilang.
Media tumbuh untuk budidaya belut
Di alam bebas belut sering dijumpai dalam perairan berlumpur. Lumpur adalah tempat perlindungan bagi belut. Dalam kolam budidaya pun, belut memerlukan media tumbuh berupa lumpur.
Beberapa material yang dapat dijadikan bahan membuat lumpur/media tumbuh antara lain, lumpur sawah, kompos, humus, pupuk kandang, sekam padi, jerami padi, pelepah pisang, dedak, tanaman air, dan mikroba dekomposer.
Komposisi material organik dalam media tumbuh budidaya belut tak ada patokannya. Sangat tergantung dengan kebiasaan dan pengalaman. Pembudidaya mampu meramu sendiri media tumbuh dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
Berikut ini salah satu alternatif langkah-langkah membuat media tumbuh untuk budididaya belut:
- Bersihkan dan keringkan kolam. setelah letakkan jerami padi yang sudah dirajang pada dasar kolam setebal kurang lebih 20 cm.
- Letakkan pelepah pisang yang sudah dirajang setebal 6 cm, di atas lapisan jerami.
- Tambahkan campuran pupuk kandang (kotoran kerbau atau sapi), kompos ataupun tanah humus setebal 20-25 cm, di atas pelepah pisang. Pupuk organik berguna untuk memicu pertumbuhan biota yang mampu menjadi penyedia makanan alami bagi belut.
- Siram lapisan media tumbuh tersebut dengan cairan bioaktivator ataupun mikroba dekomposer, misalnya larutan EM4.
- Timbun dengan lumpur sawah ataupun rawa setebal 10-15 cm. Biarkan media tumbuh selama 1-2 minggu supaya terfermentasi sempurna.
- Alirkan air bersih selama 3-4 hari pada media tumbuh yang sudah terfermentasi tersebut untuk membersihkan racun. Setel besar debit air, jangan terlalu deras supaya tidak erosi.
- Langkah terakhir, genangi media tumbuh tersebut dengan air bersih. Kedalaman air 5 cm dari permukaan. Pada kolam tersebut mampu diberikan tanaman air seperti eceng gondok. Jangan terlalu padat.
- Dari proses di atas didapatkan lapisan media tumbuh/lumpur setebal kurang lebih 60 cm. Setelah semuanya selesai, bibit belut siap untuk ditebar.
Penebaran bibit dan pengaturan air
Belut adalah hewan yang mampu dibudidayakan dengan kepadatan tinggi. Kepadatan tebar untuk bibit belut berukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.
Lakukan penebaran bibit pada pagi ataupun sore hari, supaya belut tidak stres. Bibit yang berasal dari tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina.
Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.
Pemberian pakan
Belut adalah hewan yang rakus. Keterlambatan dalam memberikan pakan dapat berakibat fatal. Terutama pada belut yang baru ditebar.
Takaran pakan harus disesuaikan dengan berat populasi belut. Secara umum belut memerlukan jumlah pakan sebanyak 5-20% dari bobot tubuhnya setiap hari.
Berikut keperluan pakan harian untuk bobot populasi belut 10 kg:
- Umur 0-1 bulan: 0,5 kg
- Umur 1-2 bulan: 1 kg
- Umur 2-3 bulan: 1,5 kg
- Umur 3-4 bulan: 2 kg
Pakan budidaya belut mampu berupa pakan hidup ataupun pakan mati. Pakan hidup bagi belut yang masih kecil (larva) antara lain zooplankton, cacing, kutu air (daphnia/moina), cacing, kecebong, larva ikan, dan larva serangga. Sedangkan belut yang sudah dewasa mampu diberi makanan berupa ikan, katak, serangga, kepiting yuyu, bekicot, belatung, dan keong. Frekuensi pemberian pakan hidup dapat dilakukan 3 hari sekali.
Untuk pakan mati mampu diberikan bangkai ayam, cincangan bekicot, ikan rucah, cincangan kepiting yuyu, ataupun pelet. Pakan mati untuk budidaya belut sebaiknya diberikan setelah direbus terlebih dahulu. Frekuensi pemberian pakan mati mampu 1-2 kali setiap hari.
Karena belut binatang nokturnal, pemberian pakan akan lebih efektif pada sore ataupun malam hari. Kecuali pada tempat budidaya yang ternaungi, pemberian pakan mampu dilakukan sepanjang hari.
Pemanenan
Tidak ada patokan seberapa besar ukuran belut dikatakan siap konsumsi. Tapi secara umum pasar domestik umumnya menghendaki belut berukuran lebih kecil, sedangkan pasar ekspor menghendaki ukuran yang lebih besar. Untuk pasar domestik, lama pemeliharaan pembesaran berkisar 3-4 bulan, sedangkan untuk pasar ekspor 3-6 bulan, bahkan mampu lebih, terhitung sejak bibit ditebar.
Terdapat dua cara memanen budidaya belut, panen sebagian dan panen total. Panen sebagian dilakukan dengan cara memanen semua populasi belut, kemudian belut yang masih kecil dipisahkan untuk dipelihara kembali.
Sedangkan pemanenan total umumnya dilakukan pada budidaya belut intensif, dimana pemberian pakan dan metode budidaya dilakukan secara cermat. Sehingga belut yang dihasilkan mempunyai ukuran yang lebih seragam.